Old Stuff


Main character; Hajime Kurohiko, Haruki Akihiko


Noise from silent

.
Haruki, laki-laki berambut perak yang sekarang ini sedang bergelung malas di sisi ranjang berseprai putih tulang, tahu begitu Hajime masuk ke dalam kamar pribadinya; dari pelukkan di punggung secara tiba-tiba atau gumaman nama depan yang di lagukan dengan nada datar khas saja ia sudah tahu walaupun tanpa melihat mata tegas yang membingkai manik biru bening milik 'kekasih'nya itu. Dan benar saja, sesaat kemudian Hajime muncul di ambang pintu kamarnya.

Hajime, the crown prince, terlihat tidak memakai sepatu bot hitam tebal miliknya namun rambut gelapnya masih tertata rapi seperti saat menghadiri pesta pora kerajaan yang dihadirinya sore tadi. Bersama sang calon crown princess, Miho. Membayangkan Hajime dalam pelukan gadis itu saja membuat Haruki mengejang. Hajime, yang merupakan pewaris tunggal kerajaan Kurohiko, harus menghadiri pesta dansa seperti ini bersama tunangannya, gadis yang di rencanakan akan mendampingi pemuda itu 2-3 tahun ke depan. Dan meski berusaha keras, tetap saja, Haruki cemburu.

Tapi Hajime, dia disini.

Haruki mengusap rambut peraknya dengan wajah gugup. Derap langkah kaki Hajime terdengar begitu jelas seirama dengan detak jantungnya. 15 tahun tumbuh bersama Hajime tidak serta-merta bisa membuat Haruki terbiasa dengan keberadaan laki-laki itu disisinya. Hajime sedikit menjauh akhir-akhir ini. Hal itu tampaknya sedikit berpengaruh atas suasana canggung yang tercipta.

Sambil membuka kancing bagian atas kemejanya, Hajime memandangi mata turquoise Haruki. "Hai."

"Hajime…"

Baru saja Haruki ingin menyapa, tapi gerakkan Hajime yang memojokkannya tiba-tiba membuat Haruki membeku. Aroma tubuh Hajime menyeruak ke indra penciumannya membuatnya terlena akan wanginya.

Dalam sekelebat pandangannya yang terakhir, sebelum ia memejamkan matanya, Haruki melihat Hajime yang mendekatkan kepalanya tepat ke wajahnya. Ia tidak memiliki keberanian untuk melihat apa yang selanjutnya terjadi. Karena ia mengerti. Hajime akan menciumnya. Tepat di bibir. Rasanya sepeti mengabaikan sinar matahari tropis. Terlalu panas untuk dilewatkan. Dan saat lidah laki-laki itu menyesak berusaha memasuki bibir Haruki, ada sedikit bau mint di salivanya terasa bagaikan sebuah pesta pora musim panas yang dulu sering mereka datangi bersama. Sebelum ada Miho tentu saja. Tapi Haruki tidak begitu merisaukan hal itu. Karena ia tahu, Hajime pasti akan datang ke pelukkannya.

Sisa kemeja terlepas, dan ia berada dalam dekapan Hajime. Ia sedikit meringis kala tangan Hajime yang sedikit terasa beku mulai meraba dada bidangnya. Kalau Hajime ada disini, memeluknya, bukan masalah apa pun konsekuensi yang dihadapi Haruki. Yang terpenting adalah mereka.
Hajime akan selalu memilihku. Bukan gadis itu. Bukan Miho…

-

-

Ketika Hajime terbangun, ia memandangi Haruki yang tidur dengan nyenyak. Sinar cemerlang sang mentari menyusup ke dalam ruangan melewati gorden kasa dan sutra. Menyisakan titik-titik kuning di selimut hitam yang di kenakannya. Ia mendesah pelan.

Entah apa yang harus ia lakukan saat ini jika ia harus kehilangan Haruki. Kadang-kadang ia merasa Haruki-lah yang membuatnya bertahan dalam belitan tugas yang diembannya untuk kerajaan belakangan. Ia tidak akan bisa terlihat lemah di depan laki-laki yang ia cintai ini. Ia harus kuat. Demi mereka berdua.

Tampak olehnya samar-samar bekas luka yang terpatri cemerlang di leher dan bibir Haruki, bekas gigitannya semalam. Haruki memang tidak mengeluh, tapi hal itu sedikit mengusik Hajime. Ia menelusuri bahu Haruki dengan ujung-ujung jarinya yang panjang, dan Haruki perlahan bergerak mendekat.

Aku tidak ingin melukainya.

"Kelihatannya kau banyak pikiran," ucap Haruki sambil mengerjapkan mata hijaunya yang berpendar dalam kegelapan kamar. Peluh di dahi laki-laki itu terlihat bagaikan keping-keping kristal cantik di mata Hajime. Sungguh rasanya Hajime ingin memalingkan wajahnya dari tatapan itu. Karena kalau tidak, sebentar lagi ia pasti akan terlena.

"Tidak. Hanya sedang melamun."

Kening Haruki sedikit berkerut seakan tidak terlalu percaya akan jawaban Hajime. Hajime melingkarkan kedua lengannya ke badan Haruki supaya ia bisa menyusupkan jemari ke rambut laki-laki itu. Ia mengingatkan dirinya sendiri untuk berhati-hati dan menurunkan sedikit kekuatannya, agar tidak menyakiti Haruki.

"Cinta kau…" bisik Hajime sembari menundukkan kepalanya. "Kau ada disini, ya, aku akan baik-baik saja."

"Eh?"

"Katakan padaku, bahwa kau mencintaiku juga."

Haruki menempelkan bibirnya ke bibir Hajime. Menyapukan sedikit saliva hangat di bibir Hajime. Dan setelah menarik kepalanya kembali, ia berbisik, "Tidak akan, Hajime-kun."

"Katakan…"

Haruki sedikit mengerucutkan bibirnya kesal. "Aku tidak mencintaimu…" Namun pipinya memerah. Hajime hampir saja akan tertawa kalau dia tidak buru-buru menahannya, ingin tahu reaksi pasangannya itu. "Benarkah? Kurasa semalam aku berjanji pada Miho untuk menemuinya di Western Palace pagi ini. Kau tahu di mana kemejaku, Haru-chan?"

Mata hijau itu membulat.

"J-jangan pergi! Iya, aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Puas kau?"

Hajime tidak pernah merasakan euforia seperti ini sebelumnya. Ia peluk tubuh laki-laki itu, melepaskan semua pikiran yang membuat penat otaknya sejak seminggu yang lalu.

Cukup. Cukup hanya dengan Haruki yang mencintainya, rasanya seluruh dunia pun berada dalam genggamannya. Ia tersenyum puas. Entah sejak kapan Haruki telah menjadi alasannya untuk tetap hidup di dunia ini.

Mereka sama. Tapi itulah yang membuatnya bahagia.

"Tsundere na, Haruki-chan."

"Urusai!"

 Dan detik ini. Hajime tahu, kisah mereka dimulai.

 The End?
-------------------

PFFFTTT! Ini fiction saya yang lama banguets. Haha. Abal tu de max juga. Dan entah kenapa endingnya itu gaje banget. Karakterisasi jangan ditanyakan. Super ga jelas dan nyrempet Gary Stu.
Karakter hasil pembicaraan 2 orang fujoshi, Michi dan Uccy. And tara! Muncul lah fic shou-ai pertama saya. Dan kalau sekiranya anda tidak suka homo-things, anggap aja si Haruki itu cewek. Meski maksa banget sih melihat deskribsinya. lol.

Ah, lupakan. Namanya juga Old Stuff. /ngeles


 

Template by Best Web Hosting